Dear papa,
Aku tak tahu paa bagaimana besarnya cintamu buat kami, aku juga tak tahu sejak kapan kau sedingin ini.
Masih kuingat jelas dulu waktu aku kecil, disore hari sehabis mama memandikanku, aku selalu menantimu diteras rumah. Tak lama kau terlihat dari jauh mengendarai motormu dan betapa bahagianya aku jika kau pulang kerja dengan snack kesukaanku.
Waktu aku memasuki taman kanak-kanak kau yang begitu semangat mengantarku, dari berangkat hingga tiba kau selalu mengajakku bercanda seakan kau ingin melihat senyumku sebelum kita pisah. Kau tahu paa, aku rindu papa yang dulu!
Sejak beberapa tahun lalu kau dipindahkan ke Kendari dan kau makin jauh dariku paa, berat rasanya tapi apalah dayaku. Sejak kau pergi pikirku jauh, Papa lagi apa? Papa tinggal dimana? Papa makannya apa? Papa baik-baik sajakan? Aku selalu menyiksa diriku untuk tak bertanya lebih ke papa, aku tahu paa beban pikiranmu begitu besar, aku juga tahu paa kau tak pernah ingin terlihat susah dimata anak-anakmu.
Aku tidak peduli paa apa omongan orang tentangmu diluar sana, AKU TIDAK PEDULI! Yang aku tahu kau papa luar biasa yang aku punya. Sejak kecil hingga aku sebesar ini, aku tahu kasih sayangmu tak pernah pudar bahkan sejak beberapa bulan lalu, seorang laki-laki ingin memintaku darimu yaa dia ingin menikahi putrimu satu-satunya, lama kupendam dan tak memberitahumu hingga akhirnya keberanianku membesar.
Kita bicara lewat telfon karna waktu itu papa sedang di Kendari, jantungku berdegub lebih cepat. Baru kali itu papa berbicara lama denganku, baru kali itu pula aku begitu yakin bagaimana besarnya kasih sayang papa buatku, sampai tiba diujung pembicaraan kita, papa hanya berdiam, bahkan salamku pun tak papa jawab. Keesokan harinya mama menelfon dan menceritakan semuanya, ternyata papa diam bukan karna dia marah atau apa pun itu, "Papa menangis dan bilang ke mama. Sejak pindah, dia belum pernah lebih lama denganku, sekarang dia diminta dengan laki-laki pilihannya" seorang papa, laki-laki dihidupku yang selama ini selalu menyembunyikan kesedihan didepan anak-anaknya menangis ketika putrinya diminta oleh laki-laki lain. Aku diam dan hanya satu yang ingin kuperbuat waktu itu, aku sangat ingin memeluk papa, lebih lama dan lebih dalam lagi.
Tapi Tuhan berkata lain, laki-laki pilihanku pergi untuk selama-lamanya menghadap sang pencipta. Aku rapuh, lumpuh, dan tak bernyawa. Papa hanya bisa berdiam dan merasakan sakitku dari kejauhan.
Sampai saat ini papa adalah laki-laki luar biasa yang aku punya, laki-laki yang tak membiarkan orang lain menyakiti keluarga kecilnya.
Tuhan mengirim papa dan mama yang luar biasa, pondasi yang sangat kuat, dan cermin teristimewa buat anak-anaknya. Rasa syukur yang tak ada hentinya🙏
Komentar
Posting Komentar